Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2022

Sketch: An Arab

I drew a cartoon sketch of an arab.... I used to live in the Arabian Peninsula, but I made this sketch in Switzerland, long after by Arabian chapter.

Menggambar Kartun

Gara-gara sering baca majalah MOP waktu SD, SMP dan SMA (terutama di SMP), saya jadi suka corat-coret gambar kartun. Majalah MOP adalah majalah pelajar terbitan Semarang. Di majalah itu ada karya-karya kartunis favorit saya, almarhum Mas Goen yang belakangan baru tahu kalau nama asli beliau adalah Goenawan Pranyoto.  Saya pengin sekali bisa menggambar dengan gaya seperti beliau, tapi sepertinya saya gagal. Berikut adalah hasil coretan iseng saya setelah lebih dari 30 tahun kemudian.

Cara Menghafal Kode Sandi Morse

Pada saat saya SD dan ikut kegiatan Pramuka, saya diajari menggunakan kode Morse. Saya sangat tertarik mempelajarinya meskipun tampaknya teman-teman saya kurang begitu tertarik. Mungkin karena rumit dan susah dihafal, tapi bagi saya Morse code is cool! Saya coba mempelajari Morse di buku saku pramuka, tapi ternyata isinya cuma titik dan garis, jadi menghafalnya pun lumayan susah. Guru SD saya, Pak Hendro, memiliki trik unik mempelajari morse sehingga mudah dipelajari. Beliau menyambungkan setiap huruf morse dengan kata yang huruf awalnya sama. Setiap kode garis diwakili dengan huruf vokal O di suku kata, sementara huruf-huruf vokal lain (a,i,u dan e) mewakili simbol titik.  Sebagai contoh: huruf K simbol morsenya adalah garis-titik-garis, maka memakai kata Ko-man-do untuk mengingatnya. Huruf H simbol morsenya adalah titik-titik-titik-titik dan disimbolkan dengan kata Hi-ma-la-ya.   Contoh lengkap A - Z adalah sebagai berikut: A: Among (. _) B: Bonaparte ( _ . . .) C: Coba-coba (_ . _ .

Places Visited in 2021

According to Google, I visited these places during the year 2021, not bad despite lots of challenges with limitations and health protocols imposed by different countries due to Covid-19 pandemic.   It is good to have this information for personal record, eventhough  I certainly have a little concern about how Google monitors my movement.

Main Gamelan di SD

Waktu SD di kota Batang tahun 1980-an saya berkesempatan belajar gamelan yang diajarkan oleh guru kesenian kami, Pak Diono, yang berasal dari Klaten. Saya belajar gamelan sejak kelas IV sampai kelas V.  Menurut saya, Pak Diono sangat ahli di gamelan, karena beliau bisa mengajarkan banyak lagu, dari lagu yang dinamis yang disebut "lancaran" sampai lagu pelan jenis "ketawang" yang memainkan tembang-tembang syahdu seperti Kinanthi atau Dandanggula. Kebetulan alat gamelan di SD saya cukup lengkap dan bisa memainkan tangga nada pentatonis jenis Slendro maupun Pelog, meskipun bahan logamnya hanya dari besi, bukan perunggu yang merupakan standar gamelan bagus. Pertama saya pegang instrumen yang kurang penting yaitu "kethuk" (mendampingi "kenong") karena masih junior, cuma satu nada monoton tapi ketukannya harus selalu pas. Karena gampang sekali, saya berkesempatan banyak memperhatikan cara bermain alat musik gamelan lain yang lebih susah yang dimainkan

Immortality through Uploading Minds to Computers

Imagine if you can do this......Is it going to be a utopian or dystopian future?

Jarang sakit

Saya bersyukur bahwa saya termasuk orang yang jarang sakit.  Apabila sakit, saya tidak mengkonsumsi obat aneh-aneh. Waktu kecil jika panas, ibu saya hanya memberikan obat turun panas untuk anak-anak. Di era 1980-an ada produk yang namanya “Bodrexin” dan “Inzana”. Waktu remaja saya hanya mengkonsumsi Mixagrip atau oba-obatan flu yang bisa dibeli di warung apabila sakit kepala atau flu. Waktu dewasa saya praktis hanya minum Panadol saja kalau sait kepala atau flu. apabila sakit kepalanya cukup berat saya minum Panadol yang mengandung kafein, kalau ringan saya pilih yang tidak paka kafein. Sakit terparah yang pernah kualami adalah sakit kulit gatal di jari tangan yang sering kumat waktu SD, tampaknya karena saya sering main di kali dekat rumah yang sebenarnya juga tempat buangan limbah rumah tangga ( sewage ). Sampai tahun 2022 saya juga baru sekali di rawat di rumah sakit karena demam tipes setelah pulang dari sekolah di Inggris.

Eternity lies in the written world

Eternity lies in the written world. Your minds will surely die one day. Your neurons and organs for expressing ideas will stop working and will rapidly decompose. If until we die there is no technology that allow us to back them up, everything in our minds will be gone forever. There could be an afterlife as proposed by many religions, but we cannot be 100% sure that there will be such a life since no one ever returned from their death. Even if so, how can we be sure that the individual entity raised would be the same personality as us? When you are dead there could probably be only oblivion, your consciousness and memories will be gone. You, perhaps, cannot even regret that you have not shared important testimonies or experience to other people or those of future generations. You only exist in other people’s memories. In short, you need to write what you need to share to make yourself immortal. Start from now before you regret! You will be forgotten one day if you do not leave any not

Pindah Tempat dan Sensasi Surealis

Pernah mengikuti kisah Alice in Wonderland? Setiap dia masuk ke "rabbit hole" dia terbawa ke dunia baru yang surealis. Itulah yang saya rasakan setiap pindah ke tempat baru, menemukan suasana baru yang surealis (seperti alam mimpi yang tidak nyata) dan ketika sudah pindah mengalami suasana surealis lain karena terkenang tempat yang lama yang jauh berbeda. Sejak kecil saya hanya tinggal di seputaran kota Batang dan Pekalongan di pantai utara Jawa Tengah. Pada umur 18 tahun, saya mulai nomaden, sering pindah-pindah tempat. Pertama ke Jogja, kemudian Jakarta dan akhirnya beberapa kali pindah ke luar negeri karena tuntutan nasib. Beberapa negara yang saya tinggali minimal 1 tahun adalah, Inggris, Arab Saudi, Swiss dan Austria. Saya juga pernah mengunjungi singkat beberapa negara lain, yaitu Australia, Jepang, Singapura, Malaysia, Korea Selatan, India, Qatar, UAE, Oman, Bahrain, Yordania, Kuwait, Tunisia, Kenya, Slowakia, Slovenia, Italia, Perancis, Jerman, Belanda, Belgia, Luxemb

Friendly Fire

" Friendly fire " adalah istilah militer yang tidak bisa kufahami. How friendly is friendly fire if you get killed? Can you fire at somebody and still be friendly? Aneh juga para penutur bahasa inggris ini. Istilah friendly fire digunakan dalam ilmu strategi untuk menyebut pertempuran atau insiden saling tembak antara dua pasukan atau prajurit yang masih satu pihak, bukan lawan. biasanya terjadi karena ketidaktahuan, salah identifikasi atau sengaja karena terprovokasi. Entah kenapa pemakai bahasa Inggris menggunakan kata " friendly " untuk " fire ". Oxymoron ? (seperti halnya " sweet misery " atau judul acara MTV " cool crap "). Kata apa yang sebaiknya digunakan? Misfire? Mistarget? Misencounter? Inside fire? Memang susah juga. Sepertinya kita memang kita harus take for granted pakai istilah itu, dan ternyata website BBC pun menyebutnya sebagai friendly fire , meski kata "friendly"-nya masih dengan tanda petik. Sampai sekarang

Four Reasons Why I Prefer Summer over Winter

After several times I experienced winter, I can now understand why so many ancient civilizations chose to worship the sun as their god (for example, the Inca and the ancient Egypt). even the English people call their special day of the week as "Sunday". I think whoever created the universe has been so kind, providing us with a huge source of energy called 'the sun' to keep this planet alive. I personally enjoy sunshine very much, even though if it's scorching like that in the region where i'm living now (the Arabian Peninsula). However, even here apparently I still have to endure chilling winter for at least three months every year. There are at least four reasons why I tend not to like winter: 1. I do not like wearing cumbersome winter clothings. I prefer t-shirts and short pants 2. In the winter I tend to sleep longer because I'm too lazy to get up when the outside temperature is so cold and the blanket is too cozy. 3. I have to turn on the heater which

Susu Yogurt alias Laban

Dulu saya tidak suka yang namanya yogurt dan waktu kuliah di Inggris dulu selalu melihat dengan penuh keanehan teman-teman dari Turki dan negara-negara lain yang berkultur "dairy" melahap yogurt dengan nikmat. Sekarang di negeri Arab saya menemui benda sejenis yogurt yang bernama 'laban'. Ujud laban cair seperti susu sapi biasa tapi sebenarnya sudah difermentasi. Rasanya agak asem. Orang Indonesia yang pertama kali nyoba biasanya tidak doyan, tapi yang sudah doyan biasanya ketagihan. Laban paling nikmat diminum setelah makan nasi arab dan kambing. Bahkan ada orang-orang yang bisa menikmatinya dengan langsung mencampur minuman ini dengan nasi seperti kuah. Saya dulu juga sempat merasa aneh waktu pertama kali mencoba, Tapi setelah 4-5 kali jadi doyan. Konon laban ini bagus untuk pencernaan, apalagi yang berlabel " active ". Makanya sekarang saya langung main samber saja kalau bertemu laban dan sekarang udah memasukkannya ke dalam daftar wajib belanja rutin. Se

Open Sesame dan Sepatu Kaca

Jika kita ingat cerita '1001 Malam' ada satu episode tentang Ali Baba dengan salah satu adegan ceritanya ketika dia berada di depan gua ajaib tempat menyimpan harta milik perampok yang dihalangi pintu batu.  Pintu batu akan membuka jika si orang yang di depan gua mengatakan " open sesame !" dan untuk menutupnya harus bilang " close sesame! ".  Mengapa pakai sesame (wijen)? Jangan-jangan itu karangan para penutur bahasa Inggris saja. Saya sempat kepikiran hal itu beberapa tahun lalu dan tidak terjawab sampai akhirnya terkejut ketika temen saya yang besar di kota Makkah waktu di depan lift nyeletuk sambil bercanda : " Iftah ya sim sim !" (Bukalah wahai sim sim).  Kemudian secara iseng saya tanya apakah sim sim itu artinya wijen atau bukan, dan ternyata iya! Dan ternyata di tanah Arab wijen memang dikenal juga! Bahkan di toko-toko dijual minyak wijen ( zait sim sim )!  Jadi kesimpulannya orang Inggris ternyata tidak mengarang sendiri, " open, ses

Makanan Favorit: Pisang Kepok

  Menurut saya pisang ini adalah pisang terenak yang ada di planet ini. Paling pas untuk kolak atau digoreng dengan terigu. Direbus juga ok banget. Saya sendiri senang memakannya mentah-mentah.  Orang Jawa menyebut jenis pisang ini "gedhang sobo" dan menilai (paling tidak  pendapat orang tua saya) pisang ini merupakan jenis tebaik untuk kolak,kue naga sari atau pisang goreng. Ada varietas yang besar dan lembek yang orang sering meremehkan sebagai 'makanan burung'. Justru varietas itu lah yang paling saya sukai. Sayangnya, pisang jenis ini bukan merupakan standar pisang yang diperdagangkan secara internasional karena yang diekspor dan dikonsumsi di negara-negara pengimpor adalah pisang jenis Cavendish.  Artinya, dengan gaya hidup nomaden pindah-pindah negara, saya baru bisa menikmati pisang kepok, kalau kebetulan sedang giliran masa tinggal di Indonesia, karena memang susah menemukannya di luar negeri.

Tempo Doeloe: Spoorwegstation Buitenzorg alias Stasiun Bogor

Salah satu sudut sejarah yang terjaga, Spoorwegstation Buitenzorg alias Stasiun Bogor, tempo doeloe dan foto yang saya ambil tanggal 30 Agustus 2016, dari angle yang sama...

Pemilahan Sampah

 Pemilahan sampah di salah satu sudut kota di Jenewa, Swiss...lebih dari 2 kategori jenis sampah.

Nasi Goreng Abang-abang

Nasi goreng abang-abang is still the best! Masih penasaran bumbu apa yang membuat jadi enak? Micinkah?

Green Tea Latte Sachetan

  Iseng ngetes, dari 3 produk matcha/green tea latte instan ini manakah yang paling cocok di lidah saya? Tentunya tidak harus yang terbaik menurut selera umum ya. Sejauh ini saya baru coba rajin beli yang paling kanan (Allure)  Allure rasanya pas, tidak terlalu manis, green teanya juga takarannya ok, tidak pahit. Sejauh ini aku cukup setia membeli produk ini. Produk yang tengah (Karniel Latte7) sensasi green tea -nya memang lebih nendang, sedikit kurang manis memang, tapi itu justru yang saya suka. Bisa jadi alternatif rasa.  Kiyora rasanya mirip Allure, sedikut lebih manis mungkin. Sepertinya ini juga cocok di lidah saya. Bisa jadi pesaing Allure. Kesimpulannya, saya bisa menikmati ketiga produk ini. Sip lah, jadinya saya tidak harus terikat pada produk tunggal tertentu.  Selera orang untuk green tea latte tentuya beragam. Ada yang suka versi agak pahit seperti punya Starbuck, atau juga ada yang sukanya manis banget seperti kutemui di beberapa kafe.  (Repost dari Twitter saya, 31 Mar

Coffee

Becoming a barista for myself, grinding and pressing my own coffee beans...not bad, the coffee tastes nice..

Pesona Engran-Acara Radio Jadoel tahun 1980-an

Apakah ada yang masih ingat acara radio tahun 1980-an yg berjudul "Pesona Engran, Citra Sarapan Kedua"? Acara ini produksi Surabaya (mungkin Radio Suzana?) , mengudara di radio-radio AM, dibintangi Mbah Wonokairun, Kak Brodin dan Mbak Renata. Wonokairun berkarakter kakek-kakek yang sering melucu dan terkesan genit, smentara Kak Brodin berbicara dengan logat Madura. Kadang-kadang juga muncul karakter Wan Abud berlogat Arab dan juga karakter lain berlogat Tionghoa, sepertinya dimainkan oleh Kak Brodin juga. Belakangan aku baru tahu bahwa youtuber "Victorio Kaisar" ini tampaknya penyiar yang sama dibalik karakter Wonokairun dan Kak Brodin. Acara ini berformat campuran lagu dan dialog humor selma setengah jam, disponsori oleh PT Squibb Indonesia mempromosikan produk suplemen "Pil Engran" dan krim "Counterpain" Pil Engran sepertinya sudah tidak ada di pasaran, sementara Counterpain masih ada dan saya sering beli. Dari acara itulah saya kenal Counterpa

Immortality in Machines

Imagine, if you lose a finger and replace it with an artificial organ, would the body would still be you? Continue it gradually with replacing other organs, bits by bits, cells by cells, including your brain cells which consist mostly of neurons. Would the conscious mind inside that body would still be you? By the way, futurists said that human immortality is within reach, death is just a matter of technical problems that technology would  be able to overcome. Failed organs could be replaced by bionics, consciousness could be stored in non-organic machines. We would practically be sentient robots However, it is really worrying that  consciousness at a level comparable to human`s could one day be developed inside robots or machines. Foto source: https://www.newsweek.com/bionic-skin-3d-printed-robots-feel-superhumans-607613

Tauto dan Megono

Dibesarkan di daerah sekitar Pekalongan membuat makan nasi megono dan tauto Pekalongan menjadi sensasi tersendiri, serasa pulang ke kampung halaman meski makannya di Jakarta. 

Kethoprak Mbambung dan wayang Mbeling a la Goen

Waktu saya SMP, di sekolah ada satu majalah bulanan yang sepertinya setengah diwajibkan bagi setiap murid untuk berlangganan, namanya majalah "MOP", milik grup Suara Merdeka, Semarang. Generasi yang dulu SMP atau SMA-nya di Jawa Tengah pada era 1980-an kemungkinan besar kenal majalah ini. Saya tidak terlalu tertarik dengan artikel-artikelnya tapi ada salah satu rubrik yang membuat saya rajin membaca majalah itu yaitu komik "Kethoprak Mbambung" yang digambar oleh kartunis bernama "Goen".  Entah kenapa karakter-karakter yang dia gambar dan caranya menyampaikan cerita sangat mengesankan bagi saya....menggelitik dan sangat menghibur. Bahkan komik ini memberi saya inspirasi untuk mulai belajar menggambar dan berharap suatu saat bisa jadi kartunis sekaliber dia (saya gagal, by the way ). Goen juga dikenal sebagai ilustrator rubrik "Wayang Mbeling" dan "Panakawan" di koran mingguan "Minggu Ini" (kemudian berubah menjadi tabloid Cempa

Sambal a.k.a. Chili Sauce

Chili sauce ( or "sambal" in the Indonesian language), can't live with, can't live without.. I love the sensation in my mouth but can't bear the pain in my stomach. The culprit of the sensation is apparently a substance called "capsaicin" which I always try to neutralize through drinking plenty of hot tea without being sure whether it will actually work. So, it is always really a hard decision to opt for a better taste or avoiding diarrhea... Illustration picture: from Wikipedia

Kaset Pertama

Saya masih mengalami zaman kaset, dengan kaset pertama yang saya beli A-Ha yang ada lagunya Take On Me. Persis seperti di ilustrasi gambar ini, yang saya temukan melalui google image search.  Lagu Take On Me menurut saya saat itu sangat cool, sampai sekarang pun saya masih menganggap lagu itu coool dan masih sering mendengarkannya di mobil. entah mengapa, mungkin karena riff-nya yang khas. Lagu-lagu lain di kaset itu masih ingat juga, tapi kurang suka, seperti misalnya "Hunting High and Low" dan "The Sun Always Sun on TV" Setelah itu saya lama tidak pernah beli kaset karena untuk ukuran ekonomi keluarga saya saat itu harganya cukup mahal dan saya harus nabung banyak dari uang saku jajan. Sekitar tiga atau empat tahun kemudian baru saya "mampu" membeli kaset Barat lain, yaitu album Yngwie Malmsteen yang berjudul "Eclipse" dengan lagu Hitnya "Save Our Love". Saat itu selera musik saya sudah mulai berubah dari pop rock ke metal.

Kucing Tuxedo

Kucing tuxedo ini kami pelihara sejak kecil, kami temukan kotor, jamuran, kurus dan telantar. Sekarang sudah sehat dan bersih. Yang kami gak ngerti, kucing ini sepertinya tidak belajar jadi jinak. Sampai besar masih suka menerkam, menggigit dan mencakar.  Punya kucing tuxedo ternyata sangat membekas buat anak-anakku...mereka masih berkeinginan punya kucing seperti ini lagi.

Gambar Tintin-style (Ligne Claire)

Sejak kecil saya terobsesi dengan gambar bergaya "Ligne Claire" alias Tintin-style atau HergĂ©-style. Sayangnya saya tidak punya banyak waktu untuk menggambar sehingga kompensasinya menggunakan teknologi digital seperti gambar di atas. Gambar tersebut dikonversi dari foto rumah saya di Depok. Tengok galeri saya di blog berikut:  TINTINOLOGI

Jantung atau Hati

Bahasa Indonesia selalu menerjemahkan 'heart' (en) atau 'qalb' (ar) sebagai 'hati'. Itu betul untuk makna kiasan, tapi untuk makna harfiah seharusnya diterjemahkan 'jantung' bukan hati yang maksudnya 'liver'.  Kasihan orang yang selalu mengutip terjemahan salah itu sehingga tersesat dalam penerjemahan. Salah terjemahan ini bisa fatal kalau hal yang sama terjadi dalam menerjemahkan teks-teks agama. 

Fragmen Cerita di Pesawat

Ketika saya naik pesawat  dari kota Muscat (Oman) ke kota Riyadh (Arab Saudi) sekitar tahun 2008, di sebelah saya duduk seorang perempuan, kemungkinan besar tenaga kerja dari Sri Lanka. Dari gelagat dan gerak geriknya yang kelihatan kebingungan, tampak kalau dia jarang bepergian jauh. Kasihan juga, saya coba ajak ngobrol, tapi dia tidak bisa bahasa Inggris maupun Arab, tidak sepatah kata pun. Jadi terbayang kalau misalnya ibu saya, yang seumur-umur bepergian paling jauh ke Jakarta dan hanya bisa bahasa Jawa plus sedikit bahasa Indonesia, harus naik pesawat sendiri dikelilingi orang-orang yang tidak dikenal dengan bahasa yang tidak dipahami, pasti kebingungan juga. Perempuan Sri Lanka ini kelihatan kehausan dan ditawari pramugari Coca-Cola kaleng. Sepertinya dia belum pernah melihat benda ini dan kebingungan cara membukanya. Dia ambil kunci dari dompetnya dan mencoba membuka tutup kaleng dengan mencongkelnya. Saya tidak tega melihat adegan ini, dan dengan isyarat saya minta izin untuk m

Koin Tertelan

Waktu saya kecil saya pernah tidak sengaja menelan uang logam 50 rupiah yang bergambar cendrawasih. Uang itu tertelan karena saya iseng memasukkan uang itu ke mulut. Tentunya waktu itu saya belum tahu kalau uang logam sebenarnya banyak kumannya. Ibu saya panik ketika tahu saya beri tahu bahwa uangnya tertelan. Beliau langsung membawa saya ke dokter (dr. Soelarso yang berpraktek di kawasan Gendingan kota Batang). Dr. Soelarso dengan tenangnya menginfokan bahwa ibu saya tidak perlu panik karena uang logam itu akan keluar bersama kotoran. Selama dua hari Ibu melarang saya buang air besar di WC dan menampung semua feses di plastik untuk dicek apakah uang logamnya memang keluar. Puji syukur, uang logam itu akhirnya keluar juga. Kondisinya sudah hitam mungkin karena reaksi asam lambung dan enzim-enzim lain. Sumber gambar: https://fjb.kaskus.co.id/product/6124fcaaaa123837ec1f441f/uang-koin-kuno-50-rupiah-tahun-1971-kondisi-mulus