Ketika saya naik pesawat dari kota Muscat (Oman) ke kota Riyadh (Arab Saudi) sekitar tahun 2008, di sebelah saya duduk seorang perempuan, kemungkinan besar tenaga kerja dari Sri Lanka. Dari gelagat dan gerak geriknya yang kelihatan kebingungan, tampak kalau dia jarang bepergian jauh.
Kasihan juga, saya coba ajak ngobrol, tapi dia tidak bisa bahasa Inggris maupun Arab, tidak sepatah kata pun. Jadi terbayang kalau misalnya ibu saya, yang seumur-umur bepergian paling jauh ke Jakarta dan hanya bisa bahasa Jawa plus sedikit bahasa Indonesia, harus naik pesawat sendiri dikelilingi orang-orang yang tidak dikenal dengan bahasa yang tidak dipahami, pasti kebingungan juga.
Perempuan Sri Lanka ini kelihatan kehausan dan ditawari pramugari Coca-Cola kaleng. Sepertinya dia belum pernah melihat benda ini dan kebingungan cara membukanya. Dia ambil kunci dari dompetnya dan mencoba membuka tutup kaleng dengan mencongkelnya. Saya tidak tega melihat adegan ini, dan dengan isyarat saya minta izin untuk membantu membukakan tutupnya. Terdengar bunyi pssssh...voila...
Kejadian biasa sebetulnya, tapi membuat saya terus kepikiran. Terbayang betapa beratnya penyesuaian budaya yang mungkin dia alami ketika mulai bekerja di negara asing.
Komentar
Posting Komentar